AMANAH 😟
-------
Mulai kemarin hatiku bergejolak. Mendapati sebuah amanah baru yang sangat tidak aku inginkan. Sangat aku tidak suka.
Buat aku amanah itu berat. Akan ada pertanggungjawabannya baik di mata manusia maupun di mata Allah. Setiap amanah akan ditanya oleh Allah. Sudahkan seorang pemimpin melakukan amanahnya dengan menegakkan hukum-hukum Allah dengan adil? Astaghfirullah, berat sekali amanah itu. Terlebih di dunia yang serba carut marut begini.
Hasil tes 4 kepribadian dasar manusia menunjukkan bahwa aku adalah seorang melankolis pleghmatis. Tidak kuat aroma koleris di jiwaku. Itulah sebab kenapa aku tak bergairah ataupun berambisi memimpin sesuatu. Tapi jikalau memang diperlukan dan aku menyukai, bisa. Misal, dulu pernah semasa SMA aku memegang amanah sebagai ketua liqo. Ketika kuliah, pernah aku memimpin sebuah tim paduan suara dalam lomba pajak. Dan saat ini pun, aku mengajukan diri menjadi manajer keuangan salah satu organisasi perempuan di Kalteng sekaligus merangkap sebagai koordinator sejuta cinta. Kenapa aku mau? Karna aku suka. Kalo suka, pasti akan dikerjakan semaksimal mungkin.
Teringat obrolan renyahku dengan suami ketika membahas kepemimpinan. Karna suami menyukai dunia politik, mau ga mau aku jadi ikutan bahas politik, padahal aku sama sekali tidak tertarik akan politik. Bullshit menurutku. Terlalu banyak kepalsuan. Tapi suami selalu berpesan, "Justru karna banyak kesalahan, kalo dibiarin akan tambah salah ma. Dunia politik memerlukan orang-orang yang amanah, yang mampu menegakkan hukum2 Allah". Oke..aku kalah.
Seperti kemaren, aku curhat ke suami tentang dipaksanya aku memegang amanah baru. "Dosa ga pa kalo tak kerjain males2an? Suruh sapa maksa2. Wong udah banyak megang jabatan di IIP, belum lagi di rumah ada bayi dan batita", tanyaku. "Dosalah ma, kerjain aja sebisa mama", jawabnya singkat. Ah suami, jawabanmu benar tapi menyakitkan.
Astaghfirullahaladzim. Haruskah aku terima ini? Haruskah ya Allah? Inikah salah satu peran hidupku? Inikah salah satu misi hidupku di sini? Masih terus penuh tanda tanya. Masih belum menerima dengan ikhlas. Mungkin perlu aku telaah lagi salah satu firman Allah yang sangat aku suka, meskipun saat menjalaninya masih susah.
“….boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,sedang kamu tidak mengetahui”
(QS : Al-Baqarah : 216)
Mulai kemarin hatiku bergejolak. Mendapati sebuah amanah baru yang sangat tidak aku inginkan. Sangat aku tidak suka.
Buat aku amanah itu berat. Akan ada pertanggungjawabannya baik di mata manusia maupun di mata Allah. Setiap amanah akan ditanya oleh Allah. Sudahkan seorang pemimpin melakukan amanahnya dengan menegakkan hukum-hukum Allah dengan adil? Astaghfirullah, berat sekali amanah itu. Terlebih di dunia yang serba carut marut begini.
Hasil tes 4 kepribadian dasar manusia menunjukkan bahwa aku adalah seorang melankolis pleghmatis. Tidak kuat aroma koleris di jiwaku. Itulah sebab kenapa aku tak bergairah ataupun berambisi memimpin sesuatu. Tapi jikalau memang diperlukan dan aku menyukai, bisa. Misal, dulu pernah semasa SMA aku memegang amanah sebagai ketua liqo. Ketika kuliah, pernah aku memimpin sebuah tim paduan suara dalam lomba pajak. Dan saat ini pun, aku mengajukan diri menjadi manajer keuangan salah satu organisasi perempuan di Kalteng sekaligus merangkap sebagai koordinator sejuta cinta. Kenapa aku mau? Karna aku suka. Kalo suka, pasti akan dikerjakan semaksimal mungkin.
Teringat obrolan renyahku dengan suami ketika membahas kepemimpinan. Karna suami menyukai dunia politik, mau ga mau aku jadi ikutan bahas politik, padahal aku sama sekali tidak tertarik akan politik. Bullshit menurutku. Terlalu banyak kepalsuan. Tapi suami selalu berpesan, "Justru karna banyak kesalahan, kalo dibiarin akan tambah salah ma. Dunia politik memerlukan orang-orang yang amanah, yang mampu menegakkan hukum2 Allah". Oke..aku kalah.
Seperti kemaren, aku curhat ke suami tentang dipaksanya aku memegang amanah baru. "Dosa ga pa kalo tak kerjain males2an? Suruh sapa maksa2. Wong udah banyak megang jabatan di IIP, belum lagi di rumah ada bayi dan batita", tanyaku. "Dosalah ma, kerjain aja sebisa mama", jawabnya singkat. Ah suami, jawabanmu benar tapi menyakitkan.
Astaghfirullahaladzim. Haruskah aku terima ini? Haruskah ya Allah? Inikah salah satu peran hidupku? Inikah salah satu misi hidupku di sini? Masih terus penuh tanda tanya. Masih belum menerima dengan ikhlas. Mungkin perlu aku telaah lagi salah satu firman Allah yang sangat aku suka, meskipun saat menjalaninya masih susah.
“….boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,sedang kamu tidak mengetahui”
(QS : Al-Baqarah : 216)
Komentar
Posting Komentar