BAHAN PENGISI SALURAN AKAR


Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikro-organisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, danmenciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhanjaringan. Hasil pengisiansaluran akar yang kurang baik tidak hanyadisebabkan teknik preparasi dan teknik pengisianyang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar.
Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi ruangan antarabahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur. Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] merupakan bahan yang sering digunakan dalam perawatan resorbsi dan perforasi akar (Harty. FJ, 2003).
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan, yaitu :
·         Pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit
·         Saluran akar bersih dan kering
·         Tidak terdapat nanah
·         Tidak terdapat bau busuk
Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan menjadi :
·           Golongan padat
Termasuk golongan padat ialah guttap silver point dan acrilic cone. Silver point digunakan untuk saluran akar yang sempit, bulat mengecil, dan bengkok. Kontraindikasinya gigi anterior, premolar akar tunggal, dan molar akar tunggal yang besar.
·           Golongan pasta
Bahan ini tidak mengeras dalam saluran akar, mudah dimasukkan tapi mudah keluar melalui foramen apikal, dan porus kebbocoran lebih besar. Contoh :  pasta dengan bahan dasar ZnO, bahan dasar Ca(OH)2, dan bahan dasar resin.
1.      ZnO. Merupakan serbuk amorf yang halus, rapuh, mudah larut dalam asam, tidak larut dalam air/alkohol, antiseptik, dan toksisitasnya rendah. ZnEO bersifat non toksik dan digunakan untuk perawatan pulpektomi.
2.      Ca(OH)2, bersifat :
-          Mempunyai efek bakteriostatik atau bakterisid
·           Golongan semen
Bahan ini setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras, sukar dimasukkan dalam saluran akar yang sempit, mudah terdesak keluar melalui foramen apikal, iritasi, dan sulit dikeluarkan. Contoh : oxycloride, oxysulfate, zinc oxyfosfat, zinc oxyeugenol.
·           Golongan plastis
1.      Amalgam
Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu suatu paduan antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. Menurut Charbeneau dkk. (1981) amalgam pertama kali diperkenalkan oleh Taveau pada tahun 1826 di Paris. Pada waktu pertama kali diperkenalkan, amalgam disebut silver amalgam, karena bagian terbesar komponennya adalah perak. Black adalah orang yang pertama kali memperkenalkan amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam publikasinya pada tahun 1896, komposisi alloy amalgam adalah :
-          Ag (perak) 68,50%
-          Sn (Timah putih) 25,50%
-          Au (emas) 5%
-          Zn (seng) 1%
Amalgam telah dikenal sebagai bahan pengisi retrograde sejak lama. Dewasa ini para peneliti terus berusaha mencari alternatif bahan pengisi retrograde selain amalgam. Tidak ada bahan pengisi retrograde yang ideal. Amalgam sebagai bahan pengisi retrograde memiliki Kekurangan: yaitu kebocoran marginal, korosi, kontaminasi merkuri pada jaringan periapikal, beberapa alloy sensitif terhadap kelembaban, memerlukan preparasi untuk undercut dan dapat mewarnai jaringan lunak dan jaringan keras. (Heptorina, 2007).
2.  Gutta percha
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan periradikuler dengan kombinasi semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi pembentukan jaringan keras (respon osteogenic) den merangsang penutupan apeks. Gutta percha tersedia dalam dua bentuk yang mengalami dua fase yaitu: fase β dan fase α. Struktur isomer gutta percha adalah trans-7, 4-polyisoprene, dimana memiliki struktur yang teratur yang dapat mengalami kristalisasi sehingga tampak keras dan kaku. Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan memiliki sifat plastis maka gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan dengan wax, zinc oxide, calsium hidroxide. Untuk mendapatkan suatu pengisian yang hermetis sangat perlu diketahui sifat-sifat material gutta percha point (Tamba, 2010).
Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok, berbahan dasar zinc okside eugenol, resin komposit, guttap perca, bahan adhesif dentin, dan bahan yang ditambah obat – obatan.
1.        Zinc oxide eugenol
Semen oksida dan seng eugenol adalah suatu semen tipe sedative yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cair, dan berguna untuk basis insulatif (penghambat). Bahan ini juga sering digunakan untuk balutan sementara. PH-nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling sedikit mengiritasi.
Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah salah satu kelebihan jenis semen tersebut. Kelebihan lainnya adalah kemampuan semen untuk meminimalkan kebocoran micro, dan memberikan perlindungan terhadap pulpa. Bahan ini paling sering digunaakan ketika merawat lesi-lesi karies yang besar.
Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol relatif lemah. Di tahun tahun terakhir ini mulai diperkenalkan semen-semen oksida seng eugenol yang telah disempurnakan. Salah satu produk OSE (Oksida Seng Eugenol) yang diperkuat dan cukup terkenal adalah produk yang menggunakan polimer sebagai penguat. Selain itu, partikel-partikel bubuk oksida seng telah “dirawat permukaan” untuk menghasilkan ikatan partikel-partikel ke matriks yang lebih baik. Hal ini menghasilkan kekuatan yang lebih besar dan durabilitas (masa pakai) yang lebih lama digunakan sebagai bahan tambalan sementara. Sejumlah bahan lain, seperti resin hidroginase, dapat juga dijumpai dalam beberapa produk.
Kegunaan seng oksida eugenol :
-          restorasi sementara dan menengah
-          bahan perekat/pengikat sementara dan permanen untuk restorasi


2.        Resin komposit
              Kelebihan Bahan Komposit
Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanikal dan fisikal, keupayaan (reliability), kebolehprosesan dan biaya. Seperti yang diuraikan dibawah ini :
            a. Sifat-sifat mekanikal dan fisikal
Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat komposit. Gabungan matriks dan serta dapat menghasilkan komposit yang mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional seperti keluli.
-       Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah berbanding dengan bahan konvensional. Ini memberikan implikasi yang penting dalam konteks penggunaan karena komposit akan mempunyai kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional. Implikasi kedua ialah produk komposit yang dihasilkan akan mempunyai kerut yang lebih rendah dari logam. Pengurangan berat adalah satu aspek yang penting dalam industri pembuatan seperti automobile dan angkasa lepas. Ini karena berhubungan dengan penghematan bahan bakar.
-       Dalam industri angkasa lepas terdapat kecendrungan untuk menggantikan komponen yang diperbuat dari logam dengan komposit karena telah terbukti komposit mempunyai rintangan terhadap fatigue yang baik terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.
-       Kelemahan logam yang agak terlihat jelas ialah rintangan terhadap kakisa yang lemah terutama produk yang kebutuhan sehari-hari. Kecendrungan komponen logam untuk mengalami kakisan menyebabkan biaya pembuatan yang tinggi. Bahan komposit sebaiknya mempunyai rintangan terhadap kakisan yang baik.
-       Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility (berdaya guna) yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matriks dan serat yang digunakan. Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat dengan matriks untuk menghasilkan komposit hibrid.



            b. Proses pembuatan
Kebolehprosesan merupakan suatu kriteria yang penting dalam penggunaan suatu bahan untuk menghasilkan produk. Ini karena dikaitkan dengan produktivitas dan mutu suatu produk. Perbandingan antara produktiviti dan kualiti adalah penting dalam konteks pemasaran produk yang dipabrikasi. Selain dari itu kebolehprosesan juga dikaitkan dengan keberbagai teknik fabrikasi yang dapat digunakan untuk memproses suatu produk.
Adalah jelas bahwa bahan komposit dibolehprosesan dengan berbagai teknik fabrikasi yang merupakan daya tarik yang dapat membuka ruang luas bagi penggunaan bahan komposit. Contohnya untuk komposit termoplastik yang mempunyai kelebihan dari segi pemrosesan yaitu ianya dapat diproses dengan berbagai teknik fabrikasi yang umum yang biasadigunakan untuk memproses termoplastik tanpa serat (Hendri Ginting, 2002).
Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama (matrik – matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fibre, fiber).
Sekarang, pada umumnya komposit yang dibuat manusia dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama :
-          Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
-          Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
-          Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
-           
Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced Polymers or Plastics) – bahan ini menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.
Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.
Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
Digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon karbida atau boron nitrida
Komposit Matrik Polimer
Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai batasan penggunaan dalam manufaktur strukturnya, dikarenakan sifat-sifat mekanik tidak terlalu tinggi dibandingkan sebagai contoh sebagian besar logam. Bagaimanapun, bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, sebagian besar khususnya kemampuan untuk dibentuk dengan mudah kedalam bentuk yang rumit.
Bahan seperti kaca, aramid dan boron mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang luar biasa tinggi tetapi dalam ‘bentuk padat’ sifat-sifat ini tidak muncul. Hal ini berkenaan dengan kenyataan ketika ditegangkan, serabut retak permukaan setiap bahan menjadi retak dan gagal dibawah titik tegangan patah teoritisnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, bahan diproduksi dalam bentuk serat, sehingga, meskipun dengan jumlah serabut retak yang terjadi sama, serabut retak tersebut terbatasi dalam sejumlah kecil serat dengan memperlihatkan sisa kekuatan teoritis bahan. Oleh karena itu seikat serat akan mencerminkan lebih akurat kinerja optimum bahan. Bagaimanapun juga satu serat dapat hanya memperlihatkan sifat-sifat kekuatan tarik sesuai panjang serat, seperti halnya serat dalam suatu tali.
Jika sistem resin dikombinasikan dengan serat penguat seperti kaca, karbon dan aramid, sifat-sifat yang luarbiasa dapat diperoleh. Matrik resin menyebarkan beban yang dikenakan terhadap komposit antara setiap individu serat dan juga melindungi serat dari kerusakan karena abrasi dan benturan. Kekuatan dan kekakuan yang tinggi, memudahkan pencetakan bentuk yang rumit, ketahanan terhadap lingkungan yang tinggi dengan berat jenis rendah, membuat kesimpulan komposite lebih superior terhadap logam dalam banyak aplikasi.
Bila Komposit Matrik Polimer mengabungkan sistem resin dan serat penguat, sifat-sifat yang dihasilkan bahan komposit akan memadukan beberapa hal sifat-sifat yang dimiliki oleh resin dan yang dimiliki oleh serat.
Secara umum, sifat-sifat komposit ditentukan oleh :
-          Sifat-sifat serat
-          Sifat-sifat resin
-          Rasio serat terhadap resin dalam komposit (Fraksi Volume Serat – Fibre Volume Fraction)
-          Geometri dan orientasi serat pada komposit
Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama ketika struktur tersebut dibuat. Hal ini berarti bahwa orang yang membuat struktur menciptakan sifat-sifat bahan komposit yang dihasilkan, dan juga proses manufaktur yang digunakan biadanya merupakan bagian yang kritikal yang berperanan menentukan kinerja struktur yang dihasilkan.
Pembebanan
Terdapat empat beban langsung utama dimana setiap bahan dalam suatu struktur harus menahannya: tarik, tekan, geser/lintang dan lentur
Tarik
Gambar dibawah memperlihatkan beban tarik yang diterapkan pada suatu komposit. Reaksi komposit terhadap beban tarik sangat tergantung pada sifat kekakuan dan kekuatan tarik dari serat penguat, dimana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan resinnya.
Tekan
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dibawah beban tekan. Disini sifat daya rekat dan kekakuan dari sistem resin adalah penting, sebagaimana resin menjaga serat sebagai kolom lurus dan menjaganya dari tekukan (buckling)
Geser/Lintang
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dikenakan beban geser. Beban ini mencoba untuk meluncurkan setiap lapisan seratnya. Dibawah beban geser resin memainkan peranan utama, memindahkan tegangan melintang komposit. Untuk membuat komposit tahan terhadap beban geser, unsur resin harus tidak hanya mempunyai sifat-sifat mekanis yang baik tetapi juga daya rekat yang tinggi terhadap serat penguat.
Lenturan
Beban lentursebetulnya merupakan kombinasi beban tarik, tekan dan geser. Ketika beban seperti diperlihatkan, bagian atas terjadi tekan, bagian bawah terjadi tarik dan bagian tengah lapisan terjadi geser.
Sistem-sistem Resin
Apapun sistem resin yang digunakan dalam bahan komposit akan memerlukan sifat-sifat berikut :
-          Sifat-sifat mekanis yang bagus
-          Sifat-sifat daya rekat yang bagus
-          Sifat-sifat ketangguhan yang bagus
-          Ketahanan terhadap degradasi lingkungan bagus
Sifat-sifat Mekanis Sistem Resin
Gambar dibawah memperlihatkan kurva tegangan/regangan untuk suatu sistem resin ideal. Kurva untuk resin menunjukkan kekuatan puncak tinggi, kekakuan tinggi (ditunjukkan dengan kemiringan awal) dan regangan tinggi terhadap kegagalan. Hal ini berarti bahwa resin pada awalnya kaku tetapi pada waktu yang sama tidak akan mengalami kegagalan getas.
Seharusnya dicatat dimana ketika suatu komposit di bebani tarik, untuk mencapai sifat-sifat mekanis yang optimal dari komponen serat, resin harus mampu berubah panjang paling tidak sama dengan serat. Gambar dibawah ini memberikan regangan terhadap kegagalan yang dimiliki untuk serat kaca-E, serat kaca-S, serat aramid, dan serat karbon berkekuatan tinggi (yaitu bukan dalam bentuk komposit). Disini terlihat, sebagai contoh, serat kaca-S dengan perpanjangan 5,3%, akan membutuhkan resin dengan perpanjangan paling tidak sama dengan nilai tersebut untuk mencapai sifat tarik yang maksimum.

Sifat-sifat Daya rekat Sistem Resin
Daya rekat yang tinggi antara resin dan serat penguat diperlukan untuk apapun jenis sistem resin. Hal ini akan menjamin bahwa beban dipindahkan secara efisiensi dan akan menjaga pecahnya atau lepasnya ikatan serat dan resin ketika ditegangkan.
Sifat Ketangguhan Sistem Resin
Ketangguhan adalah suatu ukuran dari ketahanan bahan terhadap propaganda retak, tetapi dalam komposit hal ini akan susah untuk diukur secara akurat. Bagaimanapun juga, kurva tegangan dan regangan yang dimiliki sistem resin menyediakan beberapa indikasi ketangguhan bahan. Sistem resin dengan regangan terhadap kegagalan yang rendah akan cenderung menciptakan komposit yang getas, dimana retak dapat mudah terjadi.
Sifat terhadap Lingkungan Sistem Resin
Ketahanan terhadap lingkungan, air dan substansi agresif lain yang bagus, bersama-sama dengan kemampuan untuk bertahan terhadap siklus tegangan konstan, adalah sifat yang paling esensi untuk apapun jenis sistem resin. Sifat-sifat ini secara khusus penting untuk penggunaan pada lingkungan laut.
  1. Guttap perca
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi telah terbukti bahwa gutta percha point menipakan bahan yang paling ideal dan sering digunakan sebagai bahan pengisian saJuran akar.
Gutta percha merupakan lateks koagulasi dari cairan getah murni yang dapat mengeras dan berasal dari pohon jenis Sapotaceae yang dapat dipadatkan, terdapat di semenanjung Malaysia dan pulau-pulau sekitarya serta pada daerah tropis yang pertama sekali dijumpai oleh Isonandra Gutta.
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan periradikular dengan kombinasi semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi pembentukan jaringan keras (respon osteogenic) dan tnerangsang penutupan apeks. Gutta percha tersedia dalam dua bentuk yang dapat mengalami dua fase (fase beta/ {3 dan fase a/fa/ a). Struktur isomer gutta percha adalah trans -7, 4- poiy isoprene, dimana memiliki struktur yang teratur yang dapat mengalami kritalisasi sehingga tampak keras dan kaku.
Gutta percha dapat digunakan bersama dengan pelarut organik misalnya chloroform dan xylohencalyptol yaitu guttapercha solvents yang dikenal dengan nama chloropercha atau eupercha. Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan memiiiki sifat plastis maka gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan dengan wax, zinc oxide, calcium hidroxide. Untuk mendapatkan suatu pengisian yang hermetis sangat perlu diketahui sifat-sifat material gutta percha point. Pada perawatan saluran akar dengan memakai gutta percha point mempunyai tujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin sesuai dengan anatomi saluran akar gigi di dalam rongga mulut dan dapat memadat dengan baik. Gutta percha point sebagai material yang popularitas dan keunggulannya sudah teruji masih memiliki kerugian. Oleh karena itu sangat diperiukan keteiitian dalam menggunakan gutta percha point sebagai bahan pengisian saluran akar.
Pada guttaercha, dilakukan beberapa teknik untuk emmasukkannya ke dalam saluran akar. Yaitu. kondensasi lateral dan kondensasi vertical. Kondensasi lateral bahan pengisian gutta percha adalah teknik pengisian yang paling sering diajarkan dan dipraktekkan, serta merupakan prosedur standar dibandingkan dengan semua teknik lain yang dievaluasi. Untuk mendapatkan hasil perawatan endodontik yang optimal, saluran akar harus seluruhnya terisi dengan bahan padat, terutama pada bagian sepertiga apikal. Obturasi saluran akar menggunakan gutaperca yang dikombinasikan dengan siler saluran akar dengan teknik kondensasi lateral akan memberikan penutupan apikal yang baik. Penggunaan siler bertujuan menyempurnakan obturasi karena siler berfungsi sebagai perekat dan pengisi celah antara bahan pengisi dan dinding
saluran akar, serta mengisi saluran-saluran lateral dan saluran-saluran tambahan.Adapun merek-merek guttap yang sering dipergunakan yakni ProTaper Gutta percha point [P-LC], ProTaper [P] dan warm [P-OE] Gutta percha point, Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas).

  1. Bahan adhesif dentin
Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat diandalkan dan bertahan lebih lama. Sistem adhesif yang lebih baru menghasilkan kekuatan perlekatan yang tinggi pada dentin yang lembab dan kering, dengan pembuangan smear layer secara keseluruhan ataupun sebagian. Akan tetapi, kekuatan perlekatan dapat bervariasi tergantung pada kelembaban intrinsik dentin, daerah yang dietsa, dan bahan adhesifnya.
Kata adhesif berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti melekatkan. Secara terminologi, adhesi adalah suatu proses interaksi zat padat maupun cair dari suatu bahan (adhesive atau adherent) dengan bahan yang lain (adherend) pada sebuah interface. Dental adhesion biasanya disebut juga dengan dental bonding. Kebanyakan keadaan yang berhubungan dengan dental adhesion akan melibatkan adhesive joint. Adhesive joint adalah hasil interaksi lapisan bahan intermediet (adhesive atau adherent) dengan dua permukaan (adherend) menghasilkan dua buah adhesive interface. Enamel bonding agent yang melekat di antara enamel yang dietsa dan bahan resin komposit, merupakan dental adhesive joint yang klasik.

 
Gambar 1. Skema adhesi dan adhesive joint dental

Perlekatan yang kuat bahan tumpatan pada dentin sulit didapatkan bila dibandingkan ke permukaan enamel meskipun telah dilakukan pengetsaan asam. Hal ini disebabkan adanya komponen tertentu yang dimiliki dentin seperti struktur tubulus dentin, kelembaban intrinsik dentin dan bersifat lebih hidrofilik dibanding enamel. Beberapa faktor yang memberikan pengaruh pada perlekatan dentin antara lain komposisi dari dentin (dentin mengandung air lebih banyak 12%, kolagen 18% dan hidroksiapatit 70%), adanya cairan di dalam tubulus dentin, prosesus odontoblast yang terdapat pada tubulus dentin, jumlah dan lokasi dari tubulus dentin, serta keberadaan smear layer. Smear layer tersebut dapat menutup tubulus dentin dan berperan sebagai barrier difusi sehingga mengurangi permeabilitas dentin
Permukaan dentin yang telah dietsa dapat dikeringkan dengan dua cara yaitu teknik wet-bonding dan dry-bonding. Teknik wet-bonding yaitu permukaan dentin dikeringkan dengan cara blotting sehingga permukaan dentin dalam kondisi lembab. Teknik dry-bonding yaitu permukaan dentin dikeringkan dengan semprotan udara yang menghasilkan permukaan dentin yang benar-benar kering.
Teknik ”wet-bonding” mencegah perubahan yang timbul (kolapsnya kolagen) saat pengeringan dentin yang terdemineralisasi. Penggunaan bahan adhesif pada dentin yang lembab dimungkinkan oleh penggabungan solvent organik aseton atau etanol dalam primer atau adhesif. Karena solvent dapat menggantikan air dari permukaan dentin dan kolagen yang lembab, hal tersebut mendukung infiltrasi monomer resin ke dalam kolagen. Teknik ”wet-bonding” meningkatkan kekuatan perlekatan karena air mempertahankan porositas kolagen untuk difusi monomer. Penelitian in vitro yang telah dilakukan menyebutkan bahwa kondisi dentin yang basah dapat memberi pengaruh buruk dan dapat mengurangi kekuatan perlekatan bahan adhesif pada dentin, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kanca menunjukkan kekuatan perlekatan bahan adhesif dengan pelarut aseton secara signifikan lebih tinggi pada permukaan dentin yang basah daripada permukaan dentin yang kering. Tay et al menyebutkan bahwa bahan adhesif yang menggunakan primer berpelarut air pada permukaan dentin yang basah akan menimbulkan fenomena ”over-wet”.
Banyak praktisi masih mengeringkan gigi yang telah dietsa untuk memeriksa enamel yang teretsa. Karena tidak mungkin mengeringkan enamel tanpa mengeringkan dentin, kolagen dentin kolaps selama pengeringan udara, menyebabkan penutupan celah mikro dalam kolagen.9 Jika dilakukan pengeringan udara pada dentin yang demineralisasi maka dapat mengakibatkan kolapsnya kolagen dan mencegah infiltrasi resin.14 Adanya air dalam komposisi beberapa bahan adhesif dapat membasahkan serat kolagen sehingga membuka celah untuk infiltrasi resin primer. Oleh karena itu, adanya solvent organik dan air dapat menjadi dasar untuk infiltrasi beberapa adhesif ke dalam dentin yang terdemineralisasi.
Kanca cit. Yesilyurt membagi sistem adhesif menjadi dua jenis ditinjau dari tekniknya, yaitu sistem total-etching dan sistem self-etching.19 Van Merbeek B et al. cit. Purnama Dewi membagi bahan adhesif berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasi klinisnya yaitu total-etching three-step adhesive (generasi keempat), total-etching two-step adhesive (generasi kelima), self-etching two-step adhesive (generasi keenam) dan self-etching one-step adhesive (generasi ketujuh).10 Perbedaan dari generasi-generasi bahan adhesif yang telah ada terletak pada perlakuan yang diberikan terhadap smear layer.
Self-etching telah diperkenalkan untuk mengurangi sensitivitas teknik dengan menyederhanakan langkah bonding, yaitu menggabungkan langkah conditioning dengan langkah infiltrasi monomer hidrofilik (priming). Demineralisasi jaringan keras gigi terbatas pada daerah infiltrasi monomer. Monomer self-etching yang lemah dengan pH 2 atau self-etching yang kuat dengan pH 0.8 sudah tersedia saat ini. Beberapa produk mengandung semua substansi yang digunakan untuk adhesi dalam satu kemasan (one-bottle system).
Sistem adhesif generasi ke-7 menggunakan sistem self-etching sebagai karakteristik utamanya, yaitu sistem one-step self-etching. Sistem adhesif ini disebut juga dengan all-in-one adhesive system, ketiga langkah etsa, priming, dan bonding resin telah digabung, dalam satu kemasan dengan air, etanol atau aseton. Aplikasi dari asam primer menyebabkan demineralisasi dentin dan penetrasi adhesif. Air dan monomer hidrofilik merupakan komponen penting yang akan menghasilkan ion hidrogen yang diperlukan untuk melarutkan dan mendemineralisasi gigi. Etanol dan/atau aseton juga mendukung kelarutan monomer resin.
Untuk mendapatkan perlekatan ke dentin yang stabil, sistem adhesif self-etch harus berpenetrasi melewati smear layer ke dalam dentin. Sistem adhesif one-step self-etching mengandalkan demineralisasi sebagian dari permukaan dentin oleh monomer asam untuk menghilangkan smear layer serta mengekspos serat kolagen untuk penetrasi monomer resin. Efek pengetsaan sistem adhesif one-step self-etching berhubungan dengan interaksi monomer fungsional asam dengan komponen mineral substrat gigi, dan membentuk kesatuan antara permukaan gigi dan adhesif oleh demineralisasi yang simultan dan penetrasi resin. Sistem adhesif one-step self-etching harus mengandung air serta monomer hidrofilik yang larut terhadap air seperti 2-hidroksietil metakrilat (HEMA), sehingga monomer asam dapat penetrasi ke dalam dentin yang hidrofilik. Kedalaman demineralisasi selama aplikasi adhesif tergantung pada tipe monomer asam, konsentrasinya, dan lamanya aplikasi serta komposisi dentin.
              Gambar 2. Bonding resin pada dentin dengan teknik self-etc

Sistem adhesif one-step self-etching adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah dan dirancang untuk digunakan pada dentin yang kering. Walaupun tidak bisa mendapatkan dentin yang kering, permukaan dentin dapat dikeringkan setelah preparasi kavitas.
Tujuan aplikasi bahan adhesif one-step self-etching adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bahan adhesif. Keuntungan lain dari sistem adhesif one-step self-etching yaitu sistem adhesif ini tidak teretsa terlalu jauh ke dalam dentin di bawah smear layer. Pada sistem ini, smear layer tidak disingkirkan sehingga sensitivitas post-operative, yang disebabkan infiltrasi resin yang tidak sempurna pada tubulus dentin, dapat dikurangi. Secara klinis, sistem one-step self-etching ini tidak hanya mengurangi jumlah tahap aplikasi, tetapi juga menghilangkan beberapa sensitivitas teknik dari sistem total-etching. Meskipun lapisan hybrid dangkal, kekuatan perlekatan resin ke dentin sangat tinggi.
Pada umumnya sistem adhesif one-step self-etching atau sistem all-in-one memiliki kemampuan perlekatan yang lebih lemah dibandingkan sistem adhesif lain. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, asam, monomer hidrofilik dan hidrofobik, solvent organik, dan air digabung bersama dalam satu atau dua botol ini mempengaruhi fungsi dan efisiensi komponen ini menjadi buruk. Kedua, konsentrasi solvent yang tinggi. Ketiga, kadar air yang tinggi dan viskositas yang rendah menyebabkan lapisan adhesif yang tebal selama light cured. Keempat, kemungkinan beberapa solvent yang tersisa (air), mengganggu polimerisasi resin. Kelima, sifat hidrofilik yang tinggi setelah polimerisasi, membuatnya berperan seperti membran yang permeabel.
Pada sistem adhesif one-step self-etching, solvent dan monomer fungsional biasanya 50% dari adhesif. Maka konsentrasi monomer hidrofobik cross-linking berkurang drastis. Oleh karena kekuatan mekanis bahan adhesif diberikan oleh polimerisasi monomer cross-linking, monomer hidrofobik yang lebih sedikit terdapat pada permukaan gigi setelah aplikasi bahan adhesif ini mengganggu kekuatan perlekatan.
Tokuyama Bond Force memiliki pH sebesar 2,3 sehingga dikelompokkan sebagai self-etch yang ringan. Kemampuan self-etch yang lebih ringan untuk bereaksi secara kimia dengan kristal hidroksiapatit di dalam smear layer yang terdemineralisasi sebagian dapat dipertimbangkan. Di samping itu, monomer self-reinforcing Bond Force diperlukan untuk memberikan lapisan adhesif yang lebih kuat yang dapat menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi (Parulina Tamba, 2010).
Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal, tetapi paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu :
  • Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
  • Harus dapat menutup saluran lateral atau apikal
  • Tidak boleh menyusut sesudah dimasukkan ke dalam saluran akar gigi
  • Tidak dapat ditembus oleh air atau kelembaban
  • Bakteriostatik
  • Radiopaque
  • Tidak mewarnai struktur gigi
  • Tidak mengiritasi jaringan apikal
  • Steril atau dapat dengan mudah disterilkan
  • Tidak larut dalam cairan jaringan
  •  Bukan penghantar panas
  • Pada waktu dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras (Ray. H. Seltzer, 2005)

Salah satu bahan pengisi saluran tersebut adalah glass ionomer cement. Glass ionomer cement mempunyai biokompatibilitas, melepaskan flourida secara long acting, melekat baik pada lapisan dentin. Karena sifat – sifat glass ionomer cement tersebut beberapa peneliti menganjurkan untuk pemakaian endodontik sealer. Glass ionomer cement terbukti lebih efektif dari pada zinc okside eugenol untuk mencegah kebocoran secara in vitro, tapi bila ditanam dalam tulang menyebabkan terjadinya peradangan dan bahan dapat ditolerir cukup baik (Ray. H. Seltzer, 2004).
Mekanisme kerja sebelum pengisian saluran akar, dilakukan preparasi saluran akar. Preparasi saluran akar biomekanikal dalam perawatan endodonti bertujuan untuk membersihkan dan membentuk saluran dalam mempersiapkan pengisian yang hermetis dengan bahan dan teknik pengisian yang sesuai. Bila preparasi saluran akar tidak dilakukan, maka perawatan endodontik akan gagal. Oleh karena itu, preparasi saluran akar biomekanikal harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan bentuk saluran akar.  Dengan adanya bentuk gigi yang berbeda, anatomi rongga pulpa dari setiap gigi juga tidak sama, sehingga teknik preparasi saluran akar pada gigi yang satu akan berbeda dengan gigi yang lain. Jadi dalam melakukan preparasi saluran akar pada gigi yang mempunyai bentuk anatomi saluran yang berbeda, diperlukan beberapa teknik preparasi saluran akar yang sesuai yaitu: teknik preparasi konvensional, telescope, flaring, step-back.
Saluran akar harus dikeringkan setelah irigasi yang terakhir, terutama sebelum pengisian saluran akar. Cairan dapat diaspirasi dengan meletakkan ujung spuit pada dinding saluran akar. Pengeringan menyeluruh dapat dilakukan dengan  menggunakan paper point yang tediri dari berbagai macam ukuran. Secara klinis perlu disadari bahwa paper point bekerja seperti kertas penyerap dan harus diberi waktu dalam saluran akar agar dapat bekerja efektif. Paper point dapat dipegang dengan pinset dan diukur sesuai dengan panjang kerja sehingga ujungnya tidak terdorong secara tidak sengaja melalui foramen apikal. Paper point dimasukkan secara perlahan sehingga mengurangi terdorongnya cairan irigasi ke dalam jaringan apikal. Kecelakaan seperti ini dapat menyebabkan pasien merasa sakit pada terapi endodontic. Saluran akar segera diisi setelah pengeringan.
 Pada kasus pulpektomi vital, pengisian saluran segera dilakukan setelah preparasi dan pembersihan, hal ini dapat mengurangi resiko kontaminasi saluran akar, waktu yang diperlukan untuk perawatan dan menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Ada berbagai macam teknik pengisian saluran akar, yang dapat dibagi menjadi teknik sementasi cone, teknik guttapercha hangat, teknik preparasi dentin. Hasil penelitian belum dapat membuktikan keunggulan teknik tersebut walaupun memang ada beberapa teknik yang kemungkinan kebocorannya lebih besar dari yang lain. (Trimurni & Darwis aswal, 2004)

PENGUKURAN PANJANG GIGI DENGAN TEKNIK DIAGNOSTIC WIRE FOTO (DWF)
Berikut adalah teknik mengukur panjang gigi dengan menggunakan Diagnostic Wire Foto (DWF) :
1.       Jarum miller atau file dimasukkan ke dalam saluran akar panjang gigi rata-rata dikurangi 2 mm.
2.      Untuk gigi yang mahkotanya patah, panjang alat yang dimasukkan ke dalam saluran akar dikurangi lagi dengan panjang mahkota yang patah tersebut (dalam arah cervico-insisal).
3.      Jarum tersebut diberi STOP sebagai batas panjang alat. STOP sebaiknya terbuat dari Guttap (guttap stopping) karena akan memberikan gambaran radiopag pada hasil foto yang diambil.
4.      Posisi film, phantom diatur sedemikian rupa dan alat cone sinar X diatur sedemikian rupa pada waktu pengambilan foto. Dari hasil foto dilakukan pengukuran , dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pgs =   Pgf x Paf
               Paf
            Keterangan :
            Pgs adalah panjang gigi sebenarnya
            Pgf adalah panjang gigi dalam foto
            Pas adalah panjang alat sebenarnya
            Paf adalah panjang alat dalam foto
(Staf Konservasi Gigi, 2009 ; 19)
            

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Hendri. 2002. Pengendalian Bahan Komposit. Sumatra Utara : Fakultas Teknik USU.
Harty. FJ. alih bahasa Lilian Yuono. 1992. Endodontik Klinis. Jakarta : Hipokrates. 184-213.

Ray.H.Seltzer. 1991. A New Glass Ionomer Root Canal Sealer, J.Endodon.

Satu mulut sejuta makna. 2008. Panduan Untuk Komposit. Dikutip dari : http://www.scienticdirect/net.com
Staf Konservasi Gigi. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Preklinik Endodontia. Jember : FKG UNEJ.

Tamba, Parulina. 2010. Barbagai Sifat dan Penggunaan Gutta Percha Point di Bidang kedokteran Gigi. Dikutip dari : http://www.researchgate.net/com
Trimurni, Darwis aswal. Preparasi Saluran Akar Biomekanikal Teknik Double
Flated. Sumatra Utara : Lab. Konservasi FKG-USU.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEDARURATAN ENDODONTIK

ChKM (Chlorphenol kamfer menthol)

EKOSISTEM HUTAN 🌲🌳🌴🌵🐯🐘